Minggu, 17 November 2013

Persetan Dengan Sayang

Jangan ukur perasaanku dari pertanyaan “kamu sayang nggak sama aku?” dan kemudian kau menilai dari jawaban “iya” atau “tidak”-ku yang sering kali kau todongkan padaku. Persetan dengan sayang. Kejelasan perasaan kita, serahkan saja pada Tuhan. Bagaimana kita nanti dan bagaimana akhirnya kita nanti. Jalani saja apa yang ada sekarang. Tuhan selalu punya rencana-rencana indah. Percuma kalau kita merencanakan tapi Tuhan yang menentukan. Bayangkan kalau rencana yang kita buat tidak di-aamiin-kan Tuhan, kau siap kecewa?
Bersabarlah menunggu rencana indah Tuhan, sayang. Jadi, kusimpan jawabanku sampai—mungkin—waktu yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu.

Dan perkara sayang, untuk apa mempermasalahkan sayang kalau sejauh ini kita cukup nyaman dan baik-baik saja tanpa ungkapan sayang, sayang?

Minggu, 13 Oktober 2013

Sesuatu Yang Harus Kau Baca


Bersabarlah, sayang. Jangan menunggu “kepastian” yang kau mau itu. Kuberitahu, itu hanya akan membuatmu terus menunggu kemudian lelah lalu menyerah, hanya berujung pada kesia-siaan, tolong jangan lakukan itu, ikuti saja langkahku. Cepat, kebahagiaan sudah menunggu kita di depan sana, bersama Yudistira dan Yuditha.

Perjalanan kita masih sangat jauh, jadi sedikit bersabarlah dan genggam tanganku, semoga itu akan menguatkanmu. Ini akan melelahkan sekaligus menyenangkan. Tetaplah bersabar dan ikuti terus langkahku. Kesabaran akan berbuah manis, kau percaya itu, kan?



Minggu, 04 Agustus 2013

Mati

Aku takut mati, Tuhan. Aku bukan hambamu yang taat. Tapi di Bulan Ramadhan yang tinggal hitungan hari akan berakhir ini, aku berusaha merubah diri menjadi manusia—hambahmu—yang lebih baik.
Aku merasa waktunya sudah dekat, setiap detik semakin dekat. Aku sulit tidur, menangis, dan ketakutan kalau mengingat ini. sungguh, sama sekali aku belum siap.
Aku percaya di balik kejadian selalu ada hikmah. Karena berpikir Kau akan memanggilku, aku semakin dekat denganMu. Dekat dalam artian tidak pernah absen melaksanakan kewajibanku, sholat, berbuat baik, dan tidak membuat orang lain sakit hati dengan omongan atau sikapku.
Tak apa, kujalani saja apa yang ada. Mungkin sudah waktunya berubah.
Tapi kalau memang benar waktuku tidak lama lagi, aku ingin meminta sesuatu, lapangkanlah hatiku untuk memaafkan orang-orang yang pernah menyakitiku. Aku ingin mati dengan tenang, tidak ingin menyimpan dendam.  Dan yang terakhir, limpahkanlah kebahagiaan untuk orang-orang yang baik kepadaku semasa hidup.
Oya, kalau ada yang tersinggung dengan tulisan-tulisanku di blog, twitter, dan facebook, maafkan aku. Aku baru berumur 16 menuju 17, emosiku tidak stabil. Aku tidak tahu harus bagaimana menyikapi emosiku yang mudah meluap dan cepat berubah-ubah, jadi aku melampiaskannya lewat jejaring social yang aku punya. Sekali lagi maafkan aku.


Vella 

Mati

Aku takut mati, Tuhan. Aku bukan hambamu yang taat. Tapi di Bulan Ramadhan yang tinggal hitungan hari akan berakhir ini, aku berusaha merubah diri menjadi manusia—hambahmu—yang lebih baik.
Aku merasa waktunya sudah dekat, setiap detik semakin dekat. Aku sulit tidur, menangis, dan ketakutan kalau mengingat ini. sungguh, sama sekali aku belum siap.
Aku percaya di balik kejadian selalu ada hikmah. Karena berpikir Kau akan memanggilku, aku semakin dekat denganMu. Dekat dalam artian tidak pernah absen melaksanakan kewajibanku, sholat, berbuat baik, dan tidak membuat orang lain sakit hati dengan omongan atau sikapku.
Tak apa, kujalani saja apa yang ada. Mungkin sudah waktunya berubah.
Tapi kalau memang benar waktuku tidak lama lagi, aku ingin meminta sesuatu, lapangkanlah hatiku untuk memaafkan orang-orang yang pernah menyakitiku. Aku ingin mati dengan tenang, tidak ingin menyimpan dendam.  Dan yang terakhir, limpahkanlah kebahagiaan untuk orang-orang yang baik kepadaku semasa hidup.
Oya, kalau ada yang tersinggung dengan tulisan-tulisanku di blog, twitter, dan facebook, maafkan aku. Aku baru berumur 16 menuju 17, emosiku tidak stabil. Aku tidak tahu harus bagaimana menyikapi emosiku yang mudah meluap dan cepat berubah-ubah, jadi aku melampiaskannya lewat jejaring social yang aku punya. Sekali lagi maafkan aku.


Vella 

Rabu, 17 Juli 2013

Iklan Indie+ (just kidding)

Kalo aku udah gede, aku mau jadi jomblo gagal.
Hari-hari diperhatiin si ini, diperhatiin si itu.
Tiap Jumat nongkrong bareng sama sesama jomblo gagal. 
Ngomongin gimana cara kencan bareng gebetan yang ini biar gak ketahuan gebetan yang itu, sama mantan yang ngebet minta balikan. 
Suara agak digedein biar kedengeran jomblo ngenes sebelah.
Kalo weekend, ngumpul bareng di kafe sambil bakar foto mantan.
Pesen Teh Sisri harga seribuan..
Minumnya pelan-pelan biar gak cepet abis. 
Kalo tanggal merah: pagi, siang, malem nunggu kabar dari gebetan.
Kalo mau nelpon, bisanya cuma miskol. Maksudnya kode buat gebetan gitu biar dia yang nelpon. 

Jadi jomblo gagal menyenangkan, tapi banyak yg sirikin. 


Indie+, pake dulu, pacarin kapan pun kamu suka.

Sabtu, 06 Juli 2013

[fanfiction] Teardrops on My Guitar & You Belong With Me

Hallo.. ini FanFic pertamaku. Fanfic ini tentang lagunya Taylor Swift yang Teardrops on My Guitar sama You Belong With Me. Fanfic ini aku dedikasikan buat Bruno (nama samaran) yang bener-bener menginspirasiku buat bikin ini. Ya, yang berhubungan sama pengalaman pribadi emang paling gampang dibikin cerita, sekalian numpang curhat.

 Oke, selamat membaca dan menikmati.. :)

“Kau tahu, Tay? Kemarin diatersenyum padaku. Aku kira senyum itu tidak ditujukan padaku, tapi setelahsadar kalau hanya ada aku dan dia di gedung olahraga... Ah, Tay, aku senang sekali!Senyumnya sangat manis. Bibir tipis merah jambunya melengkung dengan sempurna.”Oceh Drew, sahabatku yang sedang kasmaran. Gadis beruntung yang merebutperhatian Drew itu bernama Abigail. 

             Drew adalah sahabatku. Kami bersahabat dari sekolahmenengah pertama. Kami satusekolah dan kami selalu bersama-sama. Di mana ada Drew, di situ pasti ada aku,begitu pun sebaliknya. Tidak jarang orang-orangyang melihat kami mengira kamisepasang kekasih. Aku dan Drew pasti langsung tertawa geli mendapati orang yangberanggapan seperti itu. Konyol. Tapi pasti akan menyenangkan, tak bisakubayangkan bagaimana sempurnya hidupku kalau Drew menjadi kekasihku. 

             Aku menggelengkan kepala. Mengenyahkan pikiran itu jauh-jauh. Sadar diri, Taylor,kau ini siapa? Lihat dirimu, lihat penampilanmu, kau sama sekali tidakmenarik.Dan kacamata minusmu yang serupa dengan kacamata kuda itu, membuatmutampak semakin buruk. Gadis kutu buku sepertimu tidak layak untuk Drew.Mengharapkannya saja kau tidak pantas. 

            Sejujurnya,sudah lama aku menyukai Drew. Sejak dia dengan sembarangan menaruh papanskateboard di depan rumahku. Pikiranku melayang pada tiga tahun silam.
Aku membuka pintu rumahku, berjalan sambil membawa tumpukan koran bekas sampaimenutupi wajah. Aku tidak dapat melihat sekelilingku. Tahu-tahu aku jatuhtegelincir karena menginjak sesuatu yang beroda. Koran-koran bekasku berserakanke mana-mana. Aku membeku seperti kehilangan kesadaran. Yang aku tahu hanya...pantatku sakit. Dari arah selatan seoranganak laki-laki berambut pirang berlarike arahku. 

“Kau tidak apa-apa?” Kata anak laki-laki berambut pirang itu terengah-engah,membukuk ke arahku. 

Aku sudah bisa menggerakkan badanku. Aku mendongak menatap anak laki-laki itu.Ternyata… tampan. Tiba-tiba dadaku bergetar.

“tidak apa katamu?!”Bentakku. "Pantatku sakit, bodoh!" Bentakku lagi,kata terakhir itu membuatku sangat puas. 

Dia menegakkan tubuhnya. Sejurus kemudian menggaruk-garuk kepalanya. Aku beranibertaruh kepalanya tidak sedang gatal. Dia mengulurkan tangannya ke arahku.
Aku mengabaikannya, berusaha berdiri tanpabantuannya. “Aku bisa sendiri.”

Dia menunduk, lalu menatapku. “Maafkan aku.”

Meliat muka polosnya memohon seperti itu, akumenjadi tidak tega, apa lagisetelah membentaknya. Aku menarik napas, di detik berikutnya kuhembuskan. 

“Kau sudah kumaafkan.” Aku tersenyum tulus.

“Benarkah kau sudah memaafkanku? Oh, sungguhmaafkan aku. Aku sedang bermain skateboard di halaman rumahmu, tiba-tiba ibukumemanggilku, jadi aku tinggalkan skateboard-ku begitu saja. Maafkan aku, TaylorNamamu Taylorkan?”Terangnya panjang lebar. “Aku Drew, tetangga barumu.” Ia mengulurkantangan. 

“Iya, namaku Taylor.”Aku menjabat tangannya. “Senang berkenalan denganmu, Drew, walau harus dengancara sepertiini.” Ia meringis, kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

“Sekali lagi maafkan aku, Taylor.Bagaimana kalau aku menjadi budakmu seumur hidupku untuk menebus kesalahankuini?”

“Tidak usah, Drew. Sungguh aku sudah memaafkanmu”
“Tidak, Tay,rasa bersalah pasti akan menghantuiku. Izinkan aku menjadi budakmu.”  Iamemasang wajah melas.  

“Terserah kau sajalah.”



           Begitulah perkenalan konyolku dengan Drew. Dia tetangga baruku, pindahan dari kota kecil di Pennsylvania,AmerikaSerikat. Dan kemudian aku tahu kalau dia bersekolah di sekolah yang samadenganku. Sempurna. Keinginannya untuk menjadi budakku pun terlaksana. Diamengikutiku kemana pun aku pergi. Tapi aku benci kalau harus menyebutnya budak.Aku lebih suka menyebutnya sahabat.

***

Pagi ini cuaca di Nashville sangatmenyenangkan, awan kelabu mendominasi langit, matahari tertutup gumpalan awanmendung. Ah, ini favoritku. Cuaca yang pas untuk bermalas-malasan, tapiharus kuhabiskan untuk bersekolah.
Aku berdiri di depan pintu rumahku sambil masihmemegangi gagang pintu.Menghirup udara sebanyak yang aku bisa. 

“Hey, keriting!” suara anak laki-laki yang sangat familier. 

“Drew.” Erangku sambil berjalan ke arahnya.

Keriting. Hanya Drew yang memanggilku seperti itu. Sejujurnya aku jengkeldengan panggilan itu, apa yang salah dengan rambut keritingku? Tapi kalau ituDrew, tidak masalah, terkadang malah aku mendengar itu seperti panggilansayang.

“Hai.” Sapaku ketika sampai didepannya. 

Taylor!”Ia menarik tanganku sampai ke jalan beraspal. Aku dan Drew berjalan menujusekolah; hanya berjarak 20 meter dari rumahku dan Drew.

“Semalam Abigail meneleponku!” Terang Drew antusias. Sudah kuduga, pasti alasandia kegirang pagi ini adalah Abigail.

“Oh, ya?” Kataku—berpura-pura—antusias.

“Ya! Walaupun dia meneleponku hanya untukmenanyakan jadwal film Man of Steel.” Ekspresinya berubah kecewa. "Tapidia dapat nomorku dari mana, ya? Dan juga, kenapa harus bertanya kepadaku? Diapikir aku ini pegawai bioskop apa!?”

“Mirip, sih.” Kataku tanpa sadar. Sebenarnya aku tidak terlalu mendengarkanDrew. Abigail adalah topik paling memuakkan sekaligus tidak dapat dihindarikalau sedang bersama Drew.

“Apa katamu?!” Drew mendekatkan wajahnya dengan wajahku, hanya berjarak 5senti, sangat dekat. Drew menatap mataku. Aku membeku. Rasanya aku sepertitidak bisa bernapas. Ternyata matanya lebih indah dari yang kutahu. Hembusannapasnya menerpa wajahku. Aku benar-benar tidak bisa bernapas. Drew, sadarkahkau perbuatanmu ini membuatku kesulitan bernapas? 
“Ap-apakah a-a-aku mengatakan ss-suatu?”Kataku dengan susah payah. 

“Kau tidak mendengarkanku, ya?” Drew menarik wajahnya dari wajahku. Aku bisabernapas lagi. Rasanya seperti habis berlari dengan kecepatan 80 km/jam,napasku terengah-engah. Senang rasanya bisa bernapas lagi. 

“Ngg...” 

“Ah, kau ini. Dasar, keriting!” Ia menoyorku, lalu meletakkan lengannya dibahuku.

Degh! Mataku terbelalak. Jantungku berpacu dua kali lebih cepat.

“Kau mendengar sesuatu?” Ia menajamkan telinganya.

“D-dengar ap-apa?” Aku menggigit bibir bawahku, mungkinkah Drew mendengar suaradetak jantungku?

“Seperti suara dug dug dug”

“AAAAAAAAA.” Teriakku dalam hati. Aku berkali-kali menelan ludah, mendadak jadisalah tingkah. Sesuatu yang basah mengalir dari kening sampai pelipis. Hari iniDrew benar-benar membuatku gila—Tepat setiap kali dia berada sangat dekatdenganku.

Tay,kau berkeringat!” Kata Drew, kaget.

Aku menyentuh keningku. Benar, ternyata akuberkeringat.

Ia menatapku, lalu menatap langit. “Hari ini mendung.” Tatapannya menyelidik.

“Ya, lalu?”

“Aneh, kau berkeringat.”

Keringatku mengucur deras, aku semakin gugup. Sepertinya aku ingin pingsan.

“Nggg... sepertinya aku haruscepat-cepatmenuju kelas Biologi. Aku belum mengerjakan tugas. Selena pastisudah mengerjakan, aku akan menconteknya sebelum Mrs. Marlyn datang.” Alasantolol, aku benar-benar tidak pandai berbohong. Drew tahu tugas adalah sahabatterbaikku setelah dirinya. Masa Bodoh. Aku harus secepatnya terbebas darisituasi ini.
Aku berjalan cepat sambil menunduk mendahului Drew.

BUKK!

“Ah,” Pekikku. Aku menabrak sesuatu sampai terdorong ke belakang. Ada seseorang yangmenangkapku, aku menoleh ke belakang. Drew. Lalu kembali menolehke depan.Abigail.
Aku menelan ludah. Ternyata Drew tidak pernah melebih-lebihkan. Abigail sangatcantik. Aku pernah bertemu abigail sebelumnya,tapi tidak sejelas sekarang.Gadis ini mendekati sempurna. Kalau aku berdiri di samping Abigail, pasti akanterlihat seperti upik abu dan tuan putri. Tak usah bertanya siapa upik abu dansiapa tuan putri, sudah pasti aku 'lah upik abunya.

“Hai, Drew.” Sapa Abigail, menyunggingkan senyum termanisnya. Jangankan Drew,aku saja meleleh melihat senyum semanis itu.

“H-hai, A-a-abi-g-gail.” Drew tergagap-gagap, melepaskan tangannya yang ada dibahuku. Aku menegakkan badan, lalu menoleh pada Drew. Dia tampak kegirangan.
Aku mundur satu langkah, dua langkah, tigalangkah, menjauh dari mereka. Akutahu diri, kehadiranku tidak dibutuhkan di sana.

***

            Tugas BahasaInggris Mr. Austin sangat banyak. Benar-benar merenggut waktu remajaku,membuatku terkurung di dalam kamar ditemani tugas-tugas sialan ini.
Telepon berdering di bawah sana;lantai satu rumahku. Aku berdiri, berlari keluar dari kamar, menuruni tanggalalu menuju dapur; sumber suara itu.

“Hallo”

“Hai, keriting, aku ada di belakang rumahmu.” Suara di seberang sana—Drew,tentusaja.

“Oh, sedang apa kau di sana?”

“Tidak tahu. Tapi sepertinya aku merasa sedikit bosan. Bisakah kau kemari?”

“Tidak bisa, Drew, aku harus mengerjakantugas sekolah.”

“Ayo 'lah, Tay,tidak mengerjakan tugas satu kali tidak akan mengurangi nilaimu, kau muridterpandai di sekolah."

“Baiklah, aku akan ke sana.”Sungguh, aku tidak bisa menolak permintaannya yang satu ini. Jujur saja, akumerindukannya—setiap waktu. Merindukannya—benar-benar—seperti candu, yangkunikmati hadirnya.

***

Drew tidur di atas rerumputan. Melipattangannya ke belakang kepala. Pandangannya lurus menatap langit.

“hai.” Aku duduk bersila di samping Drew.Langit malam ini cerah, bertabur bintang. Sebagian berpendar biru, sebagiankuning. Kerlip-kerlip begitu megah di hadapan kegelapan. Sangat indah.

“kau tahu?” drew membuka pembicaraan.“bintang itu membentuksesuatu.” Ia menunjuk kumpulan bintang yang dimaksudnya.Aku memperhatikan bintang itu baik-baik.

“bintang itu membentuk wajah Abigail.”

           Berlebihan. Begitulah orang yang sedang jatuh cinta. Segalanya selaludilebih-lebihkan. Yang kulihat hanyalah kumpulan bintang yang membentuk sesuatuyang tidak kumengerti. Yang pasti bukan wajah Abigail. Aku masih sangat ingatbetul bagaimana paras cantik Abigail yang tanpa cela itu. Tapi aku meragukansifatnya. Aku mendengar dari beberapa murid di sekolah kalau Abigail bukangadis baik. Dia mengencani banyak pria. Beberapa korban dari Abigail adalahpria-pria populer di sekolah. Mungkin Drew korban selanjutnya.

“Tay… Tay… Taylor!”kata terakhir itu membuatku terlonjak kaget.

“ah, iya, ada apa?” kataku, linglung.

“kau melamun, ya?”

“ah, engg… tidak.”

“Abigail mengajakku berkencan, besok.”

Hening.
Aku terdiam. Lidahku kelu. Drew akanberkencan dengan Abigail? Lalu bagaimana dengan aku, apakahDrew tidakmemikirkan perasaanku? Tentu saja tidak. Aku menyimpan perasaan ini dengansangat rapih. Drew tidak mungkin tahu. Bodoh. Jelas saja Drew tidakmemikirkanperasaanku. Kalau pun dia tahu, aku bertaruh dia takkan perduli.
Mataku penuh. Sepertinya air berkumpul siaptumpah.

“Drew,” kataku dengan suara parau. “sudahmalam, aku harus pulang.”


***

           Aku menangis di atas tempat tidur, sepelan mungkin agar ibu tidak mendengarnya.Hatiku hancur. Sakit rasanya.
Drew, apakah kau tidak melihatku, aku yangsetiap hari dan setiap saat ada untukmu? Kalau saja kau tahu, kau ‘lah alasandisetiap tetes air mataku, hanya kau alasan di setiap senyum, tawa, danbahagiaku. Aku tak tahu mengapa aku begini. Yang aku tahu hanya… akumencintaimu.

Dadaku rasanya seperti tertusuk belati. Sakitsekali.

***

           Akhir pekan. Kalau anak remaja normal menghabiskannya dengan berlibur ke suatutempat, aku menghabiskannya dengan membaca buku. Tidak ada yang lebihmengasyikkan bagi kutu buku sepertiku selain membaca buku di halaman rumahsambil menikmati udara pagi.

“hai” sapa seseorang tiba-tiba saja sudahduduk di sebelahku.

“oh, hai, Drew. Pagi yang indah, bukan?”kataku dengan senyum dipaksakan. Kejadian semalam masih belum aku lupakan. Danhari ini—sekarang—mungkin akan lebih parah.

“ya, sangat indah. Dan sepertinya akansemakin indah, akuakan melewatkan pagi ini dengan Abigail.” Aku terdiam. Tidaktahu harus berbicara apa. Lidahku kelu—lagi. Kemudian Drew mulai bercerita.Tentang tim American Football sekolahnya yang memasuki babak final,dan—pasti—Abigail. Seperti biasa, aku berusaha untuk antusias mendengarceritanya, terlebih tentang Abigail. Kalau aku harus mengangguk, akumengangguk. Kalau Drew tertawa, aku ikut tertawa—walau dipaksakan.

           Sebuah mobil sport berwarna merah berhenti di depanku danDrew. Dikemudikan olehseorang gadis cantik. Abigail.

“ah, Abigail sudah datang. Bye, Tay.”Kata Drew kemudian berjalan menghampiri menghampiri mobil Abigail.

“ya.” Lagi, aku memaksakan tersenyum sambilmelambaikan tangan ke arah Drew dan Abigail.

           Di dalam mobil, Abigail menarik Drew ke dalam pelukannya lalu menciumnya.Abigail melepas ciumannya lalu menatapku, tatapannya seperti tatapankemenangan, jelas dia tidak menyukaiku.
Aku muak melihatnya.

***

           Semenjak berkencan denganAbigail, Drew tidak pernah lagi bermain ke rumahku,meneleponku, dan menghabiskan waktu denganku—seperti dulu. Sepertinya dia lupakalau mempunyai sahabat. Sebelum ada Abigail, kami seperti tak terpisahkan.Sekarang, semua waktunya untuk Abigail.

***

           2 minggu sudah aku putus hubungan dengan Drew. Aku menatap jendela kamarDrew—yang berseberangan dengankamarku. Aku sangat akrab dengan jendela itu.Dulu kalau aku dan Drew terjebak di dalam kamar, aku selalu berkirim pesanlewat selembar kertas. Itu alat komunikasiku dan Drew.
Gelap. Sepertinya Drew sedang tidak ada dikamar. Sekarang baru jam 6 sore, tidak mungkin Drew sudah tidur.
Aku dapat melihat seisi kamar Drew dari sini;dari atas tempat tidurku yang menghadap jendela. Aku terlonjak kaget, lampukamarnya menyala. Tirai jendelanya terbuka. Drew memasuki kamarnya dengan wajahgeram. Dia sedang menelepon seseorang. Sepertinya Drew dan seseorang yangdihubunginya sedang bertengkar. Drew menutup telponnya, lalu duduk di atastempat tidurnya yang juga menghadap jendela. Ia menatapku dengan tatapan sedih.
Aku mencari kertas. Aku ingin tahu apa yangterjadi padanya. Kutulis sesuatu pada kertas itu.

“kau baik-baik saja?” tulisku

Drew memicingkan mata, lalu mencari kertasdan menuliskan sesuatu.

“lelah pada sandiwara.” Apakah Drew sedangmembicarakan Abigail?

Aku menatap Drew lekat-lekat, juga memasangwajah sedih, tapidalam hati aku bersorak—kalau itu tentang Abigail.

“maaf.” Kutulis pada lembar selanjutnya. Lalukutunjukkan pada Drew.

Apakah ini saatnya? Apakah ini saatnya Drewmengetahui isi hatiku yang sebenarnya? 
Aku mulai menulis lagi sesuatu pada kertas.

“I LOVE YOU.” Lalu kutunjukkan pada Drew.Ternyata Drew sudah menutup tirai jendelanya. Baiklah, mungkin belum saatnya.

           Aku melipat selembar kertas terakhir yang akan kutunjukan pada Drew itu,kusimpan di dalam meja riasku. Akumenatap kaca riasku. Apakah gadis buruk rupadi dalam cermin itu adalah aku? Pantas saja Drew tidak tertarik padaku. Abigailsangat cantik, sedangkan aku?Tidak menarik sama sekali.
Abigail memakai celana pendek, aku memakaikaos. Abigailmengenakan high heels, aku memakai sneaker. Abigail anggotacheers, aku anggota marching band. Marching band membuatku semakin terlihatcupu. Tidak lebih keren dari cheers.


***

           Hari ini final pertandingan American Football. Sekolahku, Hendersonville HighSchool melawan Arizona HighSchool.
Aku ada di bangku anggota marching, tentusaja. Drew ada di lapangan. Ya, Drew salah satu pemain. Dan Abigail ada dipinggir lapangan—di depan bangku penonton. Bergerak-gerak lincah memberisemangat untuk tim sekolah kami.

           Pertandingan sangat sengit. Skor kejar-kejaran. Tapi di menit terakhir, setelahmelakukan beberapa fake dan melewati beberapa tackle yngcukup berbahaya, Drewakhirnya melakukan Touch Down. Sontak seluruh penonton—dari sekolahku—berdirisambil tepuk tangan. Drew memang hebat.
Setelah itu aku melihat Drew menghampiriAbigail. Aku tidak siap melihat apa yang sebentar lagi terjadi.
Ternyata di luar dugaanku. Di bawah sana merekabertengkar. Abigail bermesraan dengan pria lain yang juga salah satu pemainAmerican Football dari sekolahku. Drew marah dan Abigail tidakmemperdulikannya. Kemudian Drew pergi meninggalkan Abigail.

***

           Malam ini sekolahku mengadakan pesta untuk merayakan kemenangan tim AmericanFootball sekolah.
Ah, pesta bukan tempat yang tepat untuk gadiskutu buku sepertiku. Lagi pula, tugas sekolah sudah menantiku.
Tirai jendela kamar Drew membuka. Drewmenulis sesuatu.

“kau pergi malam ini?” tulis Drew.

“tidak. Belajar.” Balasku, tersenyum kecewake arahnya.

“aku berharap kau di sana.”Tulis Drew lalu berjalan keluarkamar sambil menenteng jasnya dengan raut wajahkecewa.

Drew mengharapkanku? Benarkah? Apakah akusedang tidakbermimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Aku harus datang ke pesta itu.Mungkin inisaatnya…


***

           Aku datang ke pesta memakai gaun panjang tanpa lengan berwarna putih susu.Rambut keritingku aku tata sehingga terlihat lebih rapih. Dan aku melepas kacamataku.
Aku mencari Drew diantara kerumunan orangyang sedang berdansa.

“hey!” teriak seseorang. Aku menoleh. Drew.Aku tersenyum dengan percaya diri padanya. Sedikit kecewa, di belakang Drew adaAbigail. Abigailmenarik Drew, sepertinya dia mengajak Drew berdansa. Tapikemudian senyumku mengembang kembali. Drew sudah tidak memperdulikan Abigail.Drew menepis tangan Abigail lalu menghampiriku.
Aku membuka kertas bertas bertuliskan I LOVEYOU yang kutulis tempo hari. Drew mengeluarkan sesuatu berwarna putih yangkuyakini itu kertas dari dalam saku jasnya. Ia membuka kertas itu.

“I LOVE YOU” tulisan di dalam kertas Drew.

Drew merangkul pinggangku lalu menciumbibirku.
Aku masih tidak percaya dengan apa yangterjadi sekarang. Akumelepaskan ciumanku.

“Drew… kau…” aku bingung, tidak tahu harusberkata apa.

“aku mencintaimu, Taylor,tidakkah kau menyadarinya?” aku tertunduk diam, memikirkan kalimat yangbarusaja diucapkan Drew.

“aku hanya gadis kutu buku yang sama sekalitidak menarik, kau tahu. Bahkan aku tidak secantik Abigai. Aku tidak pernahberpikir kau akan menyukaiku.” 

“kau ini bicara apa? Lihat dirimu. Kaubintang malam ini. Semua orang memperhatikanmu. Kau cantik sekali, Taylor!”

“mungkin hanya malam ini. Besok danselanjutnya aku akan kembali menjadi gadis kutu buku yang sama sekali tidakmenarik.”

“masalah kau ini kutu buku….Itu tidakmasalah. Selama kau juga mencintaiku, aku tidak akan mempermasalahkan hal itu.Aku menyukai bagaimana kau menjadi dirimu, bukan kau berusaha menjadi orang lain. Lagi pula, kutu buku itu… seksi. Menurutku, gadis pintar itu seksi. Ya, merekamempunyai daya tarik tersendiri.” Drew terkekeh, aku tertawa.

“aku mencintaimu, Drew.Sangat mencintaimu.”Lalu aku mengecup bibir Drew. Kemudian aku dan Drew beradu pandang.

“kau masih ingat janjiku padamu saat pertamakali kita bertemu?”

“kau ingin menjadi budakku seumur hidupmu.”Kataku, mantap.

“ya. Aku tidak akan melupakan janji itu. Aku akan menepatinya.” Kata Drew sungguh-sungguh.

“Drew, itu hanya perjanjian konyol ketikakita masih kecil. Sudahlah, lupakan.”

“bagimu mungkin begitu,tetapi bagiku tidak.Aku bersungguh-sungguh mengucapkan janji itu, karena… ini pasti akan terdengar menjijikkan, sebaiknya kau menutup telingamu, karena—sepertinya— aku langsung mencintaimu ketika kita pertama kali bertemu. Aku mengucapkan janji itu agar aku selalu dekat denganmu.” Aku tertawa geli. Benar-benar di luar perkiraanku.

Malam itu kuhabiskan untuk berdansa dengan Drew; memandang mata indah favoritku.



“I wonder if he knows he’s all I think about at night.”— Teardrops on My Guitar

“If you could see that i’m the one who understands you. Been here all along. So why can’t you see, you belong with me.”— You Belong With Me





Kamis, 04 Juli 2013

Bruno

Namanya Bruno (nama—harus—disamarkan). Lelaki Jawa dengan wajah sederhana. Betapa pun, dia tetap menarik. Aku nggak akan menggambarkan sosok dia secara gamblang, ntar ketahuan siapa dia, hehe.

Udah gitu aja. Bye.

Kamis, 06 Juni 2013

Wejangan Jomblo

Move on pasca putus dari mantan pacar sama move on karena di-PHP-in mantan gebetan itu kesulitannya beda, lho. Tapi sama-sama (terpaksa) harus move on karena udah di-move-on-in duluan. Dalem abis..
Iya menurut Arief Muhammad a.k.a Poconggg a.k.a calon playboy yang setiap hari pakai Baju Bono, ini masuk ke dalam kategori terpaksa move on. Buat baca macam-macam move on versi Arief Muhammad yang aku re-post, baca aja di sini. Aku lupa dapetnya dari mana, udah lama banget soalnya. Nggak tau youtube atau soundcloud. Kayaknya soundcloud, deh. Coba aja cek di soundcloud-nya Arief Muhammad:http://soundcloud.com/poconggg
Kesulitan move on pasca putus itu... kenangannya. Kenangan seringkali bikin orang galau sendir --galau nggak jelas--, dan sialnya, datangnya selalu tiba-tiba. Ngeselin abis. Selain kenangan, tampang mantan yang kelewat tampan juga memicu remaja-remaja labis seperti kita kesulitan untuk move on. Coba pikir, mubazir banget, kan, move on-in cowok ganteng? Mending nge-stuck, kan, walaupun nyesek? Para jomblo-jomblo terkutuk yang lagi cari pembelaan kalau ditanya kenapa belum move on dari mantan pasti pada bilang iya sambil teriak kenceng, nih.
Kalau udah gini, moodbooster sangat dibutuhkan buat ngilangin galau. Nah kalau moodbooster-nya itu si Pemberi Harapan Palsu? Cucah.. masalah baru. Niatnya nge-move-on-in mantan, malah dikasih harapan palsu. Kehidupan remaja ternyata keras, guys!
Kalau move on karena di-PHP-in, sebenernya susah susah gampang, move on pasca putus juga susah susah gampang, sih. Gimana, ya.. Aku pernah baca status Facebook-nya Nyunyu.com. Sebelumnya, tau Nyunyu, kan? Yang nggak tau pasti Fesbuker, deh. Pasti nggak punya twitter, deh. Pasti nggak tau Arief Muhammad, deh. Hih!
Jadi gini, aku lupa statusnya gimana, hehe. Intinya itu Nyunyu tanya, susah mana move on dari mantan pacar apa move on dari mantan gebetan. Di situ aku komen, karena kasusku waktu itu nggak bisa move on dari mantan pacar, ya aku komen nggak bisa move on dari mantan pacar. Eh di situ yang komen gitu cuma aku doang, yang lain pada komen paling susah move on dari mantan gebetan. Ada satu komentar yang lumayan menarik, orang itu bilang, paling susah move on dari mantan gebetan, soalnya belum sempat memiliki. Kalau dipikir-pikir, bener juga, sih.
Yang bikin susah move on itu rasa penasarannya. "Sebenernya dia itu suka nggak, sih, sama aku? Perasaan dia ke aku kayak gimana, sih?" Ya, kan? Pasti itu, deh, yang ada dipikiran para korban PHP.
Nah kalau yang bikin susah move on dari mantan pacar kan ya itu tadi, kenangan. Perasaan dia kayak gimana, sih, bodo amat. udah putus juga, kan? Elo elo, gue gue, nggak ada urusan lagi. Jahat, ya? Ehehe..
Yah, namanya juga mantanan, jadi musuh setelah putus mah wajar. Putus, itu nggak ada yang namanya putus baik-baik. Apa lagi masih berhubungan baik sama mantan setelah putus, atau malah jadi sahabat. Kalau baik-baik, ngapain putus. Putus baik-baik dan temenan sama mantan pasca putus itu cuma alibi doang biar nantinya nggak susah-susah amat ngajak mantan balikan. Kalau udah jadi musuh, kan, gengsi ngajak balikannya. Yang merasa pasti pada bilang enggak, tapi dalam hati bilang iya.
Balik ke move on karena di-PHP-in. Begitulah susahnya move on karena di-PHP-in mantan gebetan. Belum lagi pas kita udah mau berhasil move on, udah 99,9%, tiba-tiba... failed connection, doi nongol lagi, kita ngarep lagi, nggak jadi move on, move on gagal. Pfft!
Gitu, kan, PHP? Suka datang dan pergi sesuka udelnya. Parah, ngeselin abis.
Oh iya, buat jomblo-jomblo ngenes di luar sana, karena nggak ada yang ngingetin, sebagai jomblo yang baik dan penuh toleransi, aku ingetin, deh, jangan lupa makan, ya, mblo. Makan yang banyak. Inget, nahan kangen sama nahan perasaan itu menguras energi. Kalian butuh makan yang banyak buat nambah energi. Jangan sampai leles, kalian harus semangat menjalani hidup yang keras ini! (
ง̀o’́)ง
Sebagai jomblo yang bijaksana, kita juga harus saling menguatkan. Mari merapat buat baca yel-yel jomblo-nya Oka. Satu.. Dua.. Tiga.. JOMBLO BERSATU TAK BISA DIKALAHKAN (/*‘O’)/* *\(‘O’)/* *\(‘O’*\)
SEKALI LAGIIIIIIII... JOMBLO BERSATU TAK BISA DIKALAHKAN (/*‘O’)/* *\(‘O’)/* *\(‘O’*\)
Oke.. segini aja wejangan hari ini. Semoga bermanfaat dan makin bikin nyesek. :)




Kamis, 30 Mei 2013

Beberapa Cerita; Beberapa Lelaki

Now Playing : Bruno Mars - When I was your (wo)Man

Hampir 2 tahun aku berpisah denganmu, aku sudah berkali-kali jatuh cinta. Tepatnya 3 kali. Yang pertama aku benar-benar jatuh cinta, tetapi yang lainnya aku hanya mengada-ada, seakan-akan aku jatuh cinta. Kau tau pencitraan? Sepertinya mantanmu ini pandai sekali melakukan hal itu. Dan sepertinya aku tidak mau kalah dengan pejabat yang baru-baru ini sedang eksis di televisi. Keren, bukan?
Kau tau? Beberapa bulan belakanan ini semua orang percaya aku sedang jatuh cinta. Padahal aku sedang melakukan sesuatu yang mereka sebut pencitraang. Bodohnya dengan mudah mereka percaya. Tapi syukurlah kalau mereka percaya, jadi tidak ada seorang pun yang tau kalau aku sedang patah hati.
Aku di-PHP-in seseorang, Tan. Sakiiiit. Lelaki yang sama yang aku ceritakan kemarin. Sebut saja namanya... Umm... Bruno.
Sebenarnya bukan sepenuhnya salah Bruno. Eh, tidak, Bruno tidak salah. Aku yang salah. Aku yang membuat harapan itu ada—sebut saja aku ke-geer-an—, dan aku yang membuat rasa sakit patah hati itu sendiri akibat harapan yang aku ada-ada.
Apa salah seseorang yang hatinya sedang terluka menaruh harapan pada seseorang dengan maksud agar orang itu dapat menyembuhkan lukanya? Tidak, kan? Oke, aku salah dengan sembarangan menaruh harapan pada seseorang. Tapi... Kebaikan dan perhatian kecilnya membuatku tidak ragu untuk menaruh harapan begitu saja, menitipkan secuil hati agar dapat diobati.
Rumit, ya? Sungguh aku sedang memperumit sesuatu seperti katamu kemarin. Segalanya selalu rumit kalau itu tentang dia.

Now Playing : Katy Perry - Hot N Cold

Oke, sekarang aku akan menceritakan padamu tentang beberapa lelaki yang dekat denganku setelah kita berpisah. Sesungguhnya tujuan awal aku dekat dengan banyak lelaki hanya untuk teman bicara dan bercerita. Terkadang aku jenuh dengan teman wanitaku. Teman wanitaku pendengar dan pemberi solusi yang baik, tapi terkadang aku kurang nyaman menceritakan segalanya pada mereka. Alasannya sederhana; karena mereka wanita. Kau tau, kan, bagaimana wanita? Itulah kenapa aku lebih nyaman bercerita dengan teman lelakiku. Mereka lebih bisa menjaga mulut. Tujuanku yang kedua, karena aku ingin melupakan sakit hati karenamu dan karena Bruno. Dan kalau bisa, aku ingin membuat seakan-akan kalian tidak pernah ada di hidupku. Sayangnya tak bisa, itu terlalu mustahil. Tidak akan bisa kulakukan sampai kapanpun. Kalian terlalu istimewah. 


Aku akan menceritakan mereka satu persatu. Yang pertama, lelaki yang kuceritakan padamu kemarin dan tadi –Bruno. Dia lelaki istimewah. Yang kedua, teman PSG-ku dulu, dia tidak kalah istimewah dari yang pertama. Akan kuceritakan lain waktu kalau ada perkembangan hubunganku dengannya. Dan yang terakhir, sebenarnya aku malas menceritakan tentang dia. Dia tidak --lagi-- istimewah. Keistimewahannya seketika lenyap ketika aku tau sifat aslinya. Bukan ak u tak bisa menerima apa adanya dia, tapi dia --secara tidak langsung-- selalu ingin dimengerti tanpa mau balik mengerti. Sangat menyebalkan. Aku tidak pernah sependapat dengannya, bukan masalah besar, aku suka beradu argumen, masalahnya; dia terlalu kekanak-kanakan, dia selalu menganggap dirinya paling benar, dia anti kritik. Aku benci segalanya yang ada di pikirannya. Aku jomblo lama bukan untuk mencari orang seperti dia, sorry. Berharap menyembuhkan luka, yang ada malah menciptakan luka-luka baru, merepotkan sekali, Tuan Anti Gengsi. Atau mungkin Tuhan sudah tidak memperbolehkan aku dekat dengan brondong, Tuhan menyuruhku tobat. Lagian, sekarang brondong terlalu mainstream. Yuni Shara aja udah putus sama Raffi Ahmad, kan? 
Sudahlah, langsung badmood ketika membahas dia. Bye, Tan.

NB : lagu Hot N Cold itu untuk dia yang terakhir.


Si Pemimpi Kehilangan Mimpinya

Si pemimpi kehilangan mimpinya. semuanya kembali hitam, gelap, sunyi tak berpenghuni. Warna-warnanya memudar, pemeran utamanya menghilang. Memejamkan mata tak lagi semanis dulu.

Selasa, 21 Mei 2013

Curhat Dengan Masa Lalu

Now Playing : Vierra – Pertemuan Singkat

Menorehkan lagi cerita lalu antara aku dan kamu pada selembar kertas usang. Mengingat ketika sapa lembutmu menggema di gendang telingaku. Mata kita saling beradu. Kau memperkenalkan namamu sambil menjabat tanganku. Kita bercakap-cakap basi di bawah penerangan apa adanya dari lampu panggung yang jaraknya lumayan jauh dari kita. 

Pertemuan dan perkenalan singkat di stadion itu 22 bulan 15 hari yang lalu, di konser band kesukaanku —dan katamu pun itu band kesukaanmu— masih sangat membekas di ingatanku. Walau kau kini telah memiliki kekasih, dan kini pun aku memiliki pujaan lain —do'akan semoga kelak menjadi kekasihku—
Aku masih menyayangimu. Masih sangat menyayangimu. Belum berubah dari awal kau membuat rasa ini hadir –ya, karena awal kita menjalin hubungan aku sama sekali tidak memiliki rasa padamu— sampai kita berpisah. 

Cuma ingin bilang, hai, apa kabar, yang tertampan, pemilik lengkungan senyum manis nan indah favoritku? Masih ingat aku? Aku mantan kekasihmu.
Baiklah, sudah hampir 2 tahun kita tidak bertegur sapa, mungkin kamu sudah lupa. Biar aku memperkenalkan diri. Namaku Dwi Vella Fauziah, biasa dipanggil Vella, tapi kau –dulu— memanggilku Phella –ini karena name Facebook-ku dulu alay, sial— atau tembem, karena –dulu— pipiku tembem. kamu gemes pengin nyubit tapi sampai kita putus nggak pernah bisa, haha! kau masih ingat insiden di depan gang rumahku? serangan apa yang kau layangkan pada pipi imutku ini, haha. Tapi gagal. :p
Keperawanan pipiku masih tetap terjaga.
Tapi sekarang aku sudah nggak tembem, kok, beneran! Nggak percaya? Yuk ketemuan, jajan Mocca Float di KFC kayak first date kita dulu, gitu? gimana? #SepikanJomblo
Oke.. Bagaimana? Sudah Ingat aku?
Aku sudah mengikhlaskan kamu. Aku sadar diri. Mungkin aku belum cukup baik untuk orang baik seperti kamu. Kamu pantas untuk mendapatkan yang terbaik. Itulah mengapa Tuhan memutuskan hubungan kita lalu mempertemukanmu dengannya –walau terkadang ini tak adil bagiku. 

Now Playing : Vierra - Terlalu Lama

Tapi.. Ya sudahlah. Aku sudah merasa lebih baik. Kau tau sendiri 'lah bagaimana terpuruknya aku setelah kita berpisah. Semua ini berkat seseorang yang sangat menyebalkan yang tiba-tiba muncul di hidupku. Dia sangat menyebalkan. Kau tau? Aku jatuh cinta dengannya! Menyebalkan, bukan? Bisa-bisanya dia merebut perhatianku darimu. Tidak tau diri, haha!
Hei, mantan, aku punya masalah baru sekarang. Aku merindukannya, tapi tidak tau harus bagaimana..

“Tinggal bilang, 'aku merindukanmu', beres, kan?”

“Kau gila?!! Aku ini wanita! Tidak ada sejarahnya wanita bilang kangen duluan! mau ditaruh di mana mukaku nanti?!!”

“Ah, ternyata kau masih belum berubah. Gengsimu nomor satu.”

“Lalu aku harus bagaimana? Bantu aku mencari solusi atau aku akan mendo'akanmu seceptnya putus dengan monyetmu itu!”


“Kau?!! Dia bidadariku, bukan monyet!”

“Terserahlah. Cepat bantu aku mencari solusi!”

“Coba kau meng-SMS-nya. Berbasa-basi sedikitlah. Lupakan sejenak gengsimu itu.”

“Aku tidak punya cukup keberanian untuk melakukan itu”

“Ah, kau pengecut!”

“Sekarang kita sudah jauh.”

“Dia pindah rumah? Pindah sekolah? Atau...”

“Tidak. Jauh dalam artian.. Dia menjauh.. atau mungkin menjaga jarak dariku. Aku tidak tau pasti dengan apa yang telah terjadi antara aku dan dia. Aku benci tidak bisa membaca apa yang dia pikirkan. Aku benci tidak dapat mengartikan sikapnya. Mengira-ngira saja aku tak bisa. Menyebalkan sekali, kan? Kau tau sendiri kalau mantanmu ini sangat peka, sebagai cewek peka, aku merasa gagal. Pfft!
Dia terlalu rumit dan misterius. Berbeda dengan lelaki yang lain. Itulah kenapa aku jatuh cinta dengannya. Aku pikir dia dapat menggantikan posisimu. Dan, ya.. pikiranku benar, tapi aku tidak dapat memilikinya. Berkata rindu saja aku tak mampu, bagaimana mau berkata aku mencintainya?”

“Kau selalu pintar memperumit sesuatu. Sudahlah. Aku mau malam Minggu-an dengan kekasihku. Jomblo malam Minggu-an di rumah, ya? HAHA”

“MANTAN SIALAAAAANN”

Rabu, 01 Mei 2013

Memori Desember Januari

Postingan kali ini tentang seseoramg yang lumayan menyita perhatianku dari akhir Desember sampai akhir Januari kemarin. Lelaki biasa dengan wajah luar biasa. Iya, luar biasa. Namanya Adi. Wajahnya konyol. Datar seperti aspal, haha! Cara bicaranya tidak kalah datar dengan dengan wajahnya. Dia fasih berbahasa Jawa. Aku yang orang Jawa asli, terkadang tidak mengerti yang dibicarakannya.

Waktu itu, aku sedang magang di Kantor Kecamatan Gedangan selama 3 bulan. Dan di satu bulan terakhir, masuklah 3 orang lelaki dari SMK (atau STM, gitu. Aku lupa) Senopati. Yang berjerawat namanya Radian, yang mukanya paling absurd namanya Dian, dan yang –menurutku– paling tampan namanya Adi.

Ketika menulis ini, aku sedang mengingat lelucon yang tidak pernah gagal membuat orang yang mendengarnya tertawa. Padahal cara penyampainnya dengan wajah cara biacaranya yang datar. Haha, lucu, bikin rindu.

Aku masih ingat betul pagi itu. Pagi setelah libur natal. Sinar matahari pukul 07.15 terpantul dari kaca ruanganku ke meja kerjaku –ceritanya, kan, aku magang di situ. Ada 3 orang lelaki berlarian di depan ruanganku. Aku benar-benar masih ingat betul pada saat itu mataku langsung tertuju kepada sosok lelaki yang paling tinggi, paling putih, paling kurus, wajahnya paling bersih (baca: tidak berjerawat), dan –insya Allah– paling tampan, haha!
Dan kemudian aku tau kalau mereka anak baru yang magang di situ. Kesalnya, mereka tiga-tinganya ditempatkan di ruang pelayanan, bukan di ruang SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) –ruanganku. Padahal aku berharap aku berharap satu diantara mereka ditempatkan di ruanganku. Ah, jadi tidak bisa cuci mata.

Singkat cerita aku ditugaskan untuk membantu 5 temanku –termasuk dia– di ruang pelayanan untuk membagikan E-KTP. Aku duduk di kursi dekat perangkat desa yang bertugas pada saat itu. Dan tiba-tiba dia duduk di sebelahku. Tidak ada perasaan yang aneh. Sampai pukul 2 siang semua berjalan lancar dan normal- normal saja. Hanya saja dia sedikit menjengkelkan. Aku berusaha seramah mungkin dengannya. Aku mengajaknya ngobrol, aku berusaha melucu selucu lucunya leluconku agar suasana tidak menjadi kaku. Dan kalian tau apa? Dia tidak tertawa. Jangankan tertewa, merespon omonganku saja tidak. Ppft! Padahal menurutku leluconku lucu. -__-
Kesan pertama aku mengenalnya, aku mengira dia tipe orang yang kaku dan tidak menyenangkan. Tapi setelah beberapa hari aku mengenal dan sering ngobrol dengannya, penilaianku salah besar. Haha. Dia orang yang konyol, lucu, unik. Dia menyenangkan. Dia yang paling asyik diajak ngobrol. Kemudian Radian, lalu Dian. Ah, Dian. Sebenarnya aku jengkel dengan dia. Di awal pertama aku mengenalnya, dia suka melihatiku. Entah ketika sedang menyetempel SKTM di ruangannya atau ketika berpapasan dengannya. Entah dia melihatiku karena suka denganku atau ada yang salah denganku, yang jelas aku tidak menyukainya. Setelah beberapa hari aku mengenalnya, aku baru tahu dia tipe orang yang kepo. Kepo dalam segala hal! Dia suka mengintip kalau aku sedang SMS-an. Cih! Umm.. sebenarnya tidak hanya Dian yang kepo, tetapi 3 lelaki itu. Mereka suka ngepoin status-status Facebook-ku. Dasar stalker berjiwa emak-emak!

Januari akhir. Saatnya kembali ke sekolah. Mulai bergelut dengan tugas lagi. Dan harus –dengan berat hati– meninggalkan Kantor Kecamatan –terlebih meninggalkannya.


Gak tau harus nulis apa lagi. Kalau diterusin pasti bakal mewek. Pokoknya kenangan di sana itu.. TERLALU MANIS UNTUK DILUPAKAAAAANN~~~



penampakan mereka bertiga. yang tengah mirip chipmunk.

Jumat, 19 April 2013

Mimpi Si Pemimpi Tingkat Dewa

Now Playing : Taylor Swift – Love Story

Aku punya kebiasan baru sebelum tidur; bermain-main dengan imajinasiku; membayangkan sosok kamu yang satu bulan belakangan ini memenuhi isi otakku.

Semuanya seakan nyata. Melihat lengkungan senyummu. Merasakan hangat pelukmu. Mencium wangi tubuhmu. Dinyanyikan sebuah lagu menggunakan gitar di sebuah pantai berpasir putih di bawah langit senja. Berjalan berdua beriringan bergandengan tangan menyusuri bibir pantai sambil menanti sang surya kembali ke peraduannya. Indah. Manis. Romantis.

Di tengah keromantisan yang terjalin sore itu, kamu tiba-tiba berhenti berjalan lalu menatapku. Mengecup lembut keningku. Kemudian berbisik di telingaku; “Isabella Marie Swan, I promise to love you forever –every single day of forever… will you marry me?”

Tidaaaaaaaakkk. Salah fokus. Oke, fokus..

Kemudian kamu membisikkan kaliamat romantis yang membuatku ingin terbang ke langit ketujuh. Kalimat yang serupa dengan kalimat yang diucapkan Edward Cullen di Breaking Dawn Part I.

“it’s an extraordinary thing to meet someone who you can bare your soul to and accept you for what you are. I’ve been waiting , for what seems like a very long time, to get beyond what I am. With a toast to my beautiful bride. No measure of time with you will be long enough. But let’s start with forever.”

Khayalanku keren, bukan?

Pekerjaanku sebagai pemimpi semakin tersalurkan semenjak aku mengenalmu. Pekerjaan? Iya, anggap saja pekerjaan. Sebab aku sangat senang bermimpi atau membayangkan sesuatu. Ketika mandi pun aku masih sempat-sempatnya berkhayal. Haha.



Romeo save me, I've been feeling so alone. I keep  waiting, for you but you never come.Is this in my head, I don't know what to think. He knelt to the ground and pulled out a ring and said...
Marry me Juliet, you'll never have to be alone.I love you, and that's all I really know.I talked to your dad -- go pick out a white dressIt's a love story, baby just say... yes.

Kamis, 18 April 2013

Sign For [Y]ou

Now Playing : Secondhand Serenade – Awake

With every appearance by you, blinding my eyes,
I can hardly remember the last time I felt like I do.
You’re an angel disguised.

Sepertinya aku mulai jatuh cinta dengan lelaki yang bahkan belum pernah kutatap matanya secara langsung. Belum pernah kujabat tangannya. Belum pernah kuhirup wangi tubuhnya.

And you’re lying real still,
But your heart beat is fast just like mine.
And the movie’s long over,
That’s three that have passed, one more’s fine.

Entah. Rasa ini hadir begitu saja. Mengalir begitu saja. Tiba-tiba saja aku sudah terjebak dalam linimasanya.

Will you stay awake for me?
I don’t wanna miss anything
I don’t wanna miss anything
I will share the air I breathe,
I’ll give you my heart on a string,
I just don’t wanna miss anything.

Aku bahagia dapat mengenalnya. Dapat mengakrapi suaranya yang mirip om-om. Tawa renyahnya. Memanjakan telinga dengan candanya yang bikin candu.

I’m trying real hard not to shake. I’m biting my tongue,
But I’m feeling alive and with every breathe that I take,
I feel like I’ve won. You’re my key to survival.
And if it’s a hero you want,
I can save you. Just stay here.
Your whispers are priceless.
Your breathe, it is dear. So please stay near.

Kamu, lelaki tanggung penggemar Muse, adalah gumpalan warna yang sengaja Tuhan kirim untuk mengubah abu-abu-ku menjadi berwarna. Mengobati segala luka akibat kepergiannya.

Say my name. I just want to hear you.
Say my name. So I know it’s true.
You’re changing me. You’re changing me.
You showed me how to live.
So just say. So just say.

Aku tidak berharap lebih akan kamu. Seperti ini saja sudah membuatku cukup bahagia. Terima kasih untuk satu bulan ter-random ini.















Aku mulai takut kehilangan sosoknya..