Postingan kali ini tentang
seseoramg yang lumayan menyita perhatianku dari akhir Desember sampai akhir
Januari kemarin. Lelaki biasa dengan wajah luar biasa. Iya, luar biasa. Namanya
Adi. Wajahnya konyol. Datar seperti aspal, haha! Cara bicaranya tidak kalah
datar dengan dengan wajahnya. Dia fasih berbahasa Jawa. Aku yang orang Jawa
asli, terkadang tidak mengerti yang dibicarakannya.
Waktu itu, aku sedang magang
di Kantor Kecamatan Gedangan selama 3 bulan. Dan di satu bulan terakhir,
masuklah 3 orang lelaki dari SMK (atau STM, gitu. Aku lupa) Senopati. Yang berjerawat
namanya Radian, yang mukanya paling absurd namanya Dian, dan yang –menurutku–
paling tampan namanya Adi.
Ketika menulis ini, aku
sedang mengingat lelucon yang tidak pernah gagal membuat orang yang
mendengarnya tertawa. Padahal cara penyampainnya dengan wajah cara biacaranya
yang datar. Haha, lucu, bikin rindu.
Aku masih ingat betul pagi
itu. Pagi setelah libur natal. Sinar matahari pukul 07.15 terpantul dari kaca
ruanganku ke meja kerjaku –ceritanya, kan ,
aku magang di situ. Ada
3 orang lelaki berlarian di depan ruanganku. Aku benar-benar masih ingat betul
pada saat itu mataku langsung tertuju kepada sosok lelaki yang paling tinggi,
paling putih, paling kurus, wajahnya paling bersih (baca: tidak berjerawat),
dan –insya Allah– paling tampan, haha!
Dan kemudian aku tau kalau
mereka anak baru yang magang di situ. Kesalnya, mereka tiga-tinganya
ditempatkan di ruang pelayanan, bukan di ruang SKTM (Surat Keterangan Tidak
Mampu) –ruanganku. Padahal aku berharap aku berharap satu diantara mereka
ditempatkan di ruanganku. Ah, jadi tidak bisa cuci mata.
Singkat cerita aku
ditugaskan untuk membantu 5 temanku –termasuk dia– di ruang pelayanan untuk
membagikan E-KTP. Aku duduk di kursi dekat perangkat desa yang bertugas pada
saat itu. Dan tiba-tiba dia duduk di sebelahku. Tidak ada perasaan yang aneh. Sampai
pukul 2 siang semua berjalan lancar dan normal- normal saja. Hanya saja dia
sedikit menjengkelkan. Aku berusaha seramah mungkin dengannya. Aku mengajaknya
ngobrol, aku berusaha melucu selucu lucunya leluconku agar suasana tidak
menjadi kaku. Dan kalian tau apa? Dia tidak tertawa. Jangankan tertewa,
merespon omonganku saja tidak. Ppft! Padahal menurutku leluconku lucu. -__-
Kesan pertama aku
mengenalnya, aku mengira dia tipe orang yang kaku dan tidak menyenangkan. Tapi setelah
beberapa hari aku mengenal dan sering ngobrol dengannya, penilaianku salah
besar. Haha. Dia orang yang konyol, lucu, unik. Dia menyenangkan. Dia yang
paling asyik diajak ngobrol. Kemudian Radian, lalu Dian. Ah, Dian. Sebenarnya aku
jengkel dengan dia. Di awal pertama aku mengenalnya, dia suka melihatiku. Entah
ketika sedang menyetempel SKTM di ruangannya atau ketika berpapasan dengannya. Entah
dia melihatiku karena suka denganku atau ada yang salah denganku, yang jelas
aku tidak menyukainya. Setelah beberapa hari aku mengenalnya, aku baru tahu dia
tipe orang yang kepo. Kepo dalam segala hal! Dia suka mengintip kalau aku
sedang SMS-an. Cih! Umm.. sebenarnya tidak hanya Dian yang kepo, tetapi 3
lelaki itu. Mereka suka ngepoin status-status Facebook-ku. Dasar stalker
berjiwa emak-emak!
Januari akhir. Saatnya kembali
ke sekolah. Mulai bergelut dengan tugas lagi. Dan harus –dengan berat hati– meninggalkan
Kantor Kecamatan –terlebih meninggalkannya.
Gak tau harus nulis apa
lagi. Kalau diterusin pasti bakal mewek. Pokoknya kenangan di sana itu.. TERLALU MANIS UNTUK
DILUPAKAAAAANN~~~
penampakan mereka bertiga. yang tengah mirip chipmunk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar