Kamis, 30 Mei 2013

Beberapa Cerita; Beberapa Lelaki

Now Playing : Bruno Mars - When I was your (wo)Man

Hampir 2 tahun aku berpisah denganmu, aku sudah berkali-kali jatuh cinta. Tepatnya 3 kali. Yang pertama aku benar-benar jatuh cinta, tetapi yang lainnya aku hanya mengada-ada, seakan-akan aku jatuh cinta. Kau tau pencitraan? Sepertinya mantanmu ini pandai sekali melakukan hal itu. Dan sepertinya aku tidak mau kalah dengan pejabat yang baru-baru ini sedang eksis di televisi. Keren, bukan?
Kau tau? Beberapa bulan belakanan ini semua orang percaya aku sedang jatuh cinta. Padahal aku sedang melakukan sesuatu yang mereka sebut pencitraang. Bodohnya dengan mudah mereka percaya. Tapi syukurlah kalau mereka percaya, jadi tidak ada seorang pun yang tau kalau aku sedang patah hati.
Aku di-PHP-in seseorang, Tan. Sakiiiit. Lelaki yang sama yang aku ceritakan kemarin. Sebut saja namanya... Umm... Bruno.
Sebenarnya bukan sepenuhnya salah Bruno. Eh, tidak, Bruno tidak salah. Aku yang salah. Aku yang membuat harapan itu ada—sebut saja aku ke-geer-an—, dan aku yang membuat rasa sakit patah hati itu sendiri akibat harapan yang aku ada-ada.
Apa salah seseorang yang hatinya sedang terluka menaruh harapan pada seseorang dengan maksud agar orang itu dapat menyembuhkan lukanya? Tidak, kan? Oke, aku salah dengan sembarangan menaruh harapan pada seseorang. Tapi... Kebaikan dan perhatian kecilnya membuatku tidak ragu untuk menaruh harapan begitu saja, menitipkan secuil hati agar dapat diobati.
Rumit, ya? Sungguh aku sedang memperumit sesuatu seperti katamu kemarin. Segalanya selalu rumit kalau itu tentang dia.

Now Playing : Katy Perry - Hot N Cold

Oke, sekarang aku akan menceritakan padamu tentang beberapa lelaki yang dekat denganku setelah kita berpisah. Sesungguhnya tujuan awal aku dekat dengan banyak lelaki hanya untuk teman bicara dan bercerita. Terkadang aku jenuh dengan teman wanitaku. Teman wanitaku pendengar dan pemberi solusi yang baik, tapi terkadang aku kurang nyaman menceritakan segalanya pada mereka. Alasannya sederhana; karena mereka wanita. Kau tau, kan, bagaimana wanita? Itulah kenapa aku lebih nyaman bercerita dengan teman lelakiku. Mereka lebih bisa menjaga mulut. Tujuanku yang kedua, karena aku ingin melupakan sakit hati karenamu dan karena Bruno. Dan kalau bisa, aku ingin membuat seakan-akan kalian tidak pernah ada di hidupku. Sayangnya tak bisa, itu terlalu mustahil. Tidak akan bisa kulakukan sampai kapanpun. Kalian terlalu istimewah. 


Aku akan menceritakan mereka satu persatu. Yang pertama, lelaki yang kuceritakan padamu kemarin dan tadi –Bruno. Dia lelaki istimewah. Yang kedua, teman PSG-ku dulu, dia tidak kalah istimewah dari yang pertama. Akan kuceritakan lain waktu kalau ada perkembangan hubunganku dengannya. Dan yang terakhir, sebenarnya aku malas menceritakan tentang dia. Dia tidak --lagi-- istimewah. Keistimewahannya seketika lenyap ketika aku tau sifat aslinya. Bukan ak u tak bisa menerima apa adanya dia, tapi dia --secara tidak langsung-- selalu ingin dimengerti tanpa mau balik mengerti. Sangat menyebalkan. Aku tidak pernah sependapat dengannya, bukan masalah besar, aku suka beradu argumen, masalahnya; dia terlalu kekanak-kanakan, dia selalu menganggap dirinya paling benar, dia anti kritik. Aku benci segalanya yang ada di pikirannya. Aku jomblo lama bukan untuk mencari orang seperti dia, sorry. Berharap menyembuhkan luka, yang ada malah menciptakan luka-luka baru, merepotkan sekali, Tuan Anti Gengsi. Atau mungkin Tuhan sudah tidak memperbolehkan aku dekat dengan brondong, Tuhan menyuruhku tobat. Lagian, sekarang brondong terlalu mainstream. Yuni Shara aja udah putus sama Raffi Ahmad, kan? 
Sudahlah, langsung badmood ketika membahas dia. Bye, Tan.

NB : lagu Hot N Cold itu untuk dia yang terakhir.


Si Pemimpi Kehilangan Mimpinya

Si pemimpi kehilangan mimpinya. semuanya kembali hitam, gelap, sunyi tak berpenghuni. Warna-warnanya memudar, pemeran utamanya menghilang. Memejamkan mata tak lagi semanis dulu.

Selasa, 21 Mei 2013

Curhat Dengan Masa Lalu

Now Playing : Vierra – Pertemuan Singkat

Menorehkan lagi cerita lalu antara aku dan kamu pada selembar kertas usang. Mengingat ketika sapa lembutmu menggema di gendang telingaku. Mata kita saling beradu. Kau memperkenalkan namamu sambil menjabat tanganku. Kita bercakap-cakap basi di bawah penerangan apa adanya dari lampu panggung yang jaraknya lumayan jauh dari kita. 

Pertemuan dan perkenalan singkat di stadion itu 22 bulan 15 hari yang lalu, di konser band kesukaanku —dan katamu pun itu band kesukaanmu— masih sangat membekas di ingatanku. Walau kau kini telah memiliki kekasih, dan kini pun aku memiliki pujaan lain —do'akan semoga kelak menjadi kekasihku—
Aku masih menyayangimu. Masih sangat menyayangimu. Belum berubah dari awal kau membuat rasa ini hadir –ya, karena awal kita menjalin hubungan aku sama sekali tidak memiliki rasa padamu— sampai kita berpisah. 

Cuma ingin bilang, hai, apa kabar, yang tertampan, pemilik lengkungan senyum manis nan indah favoritku? Masih ingat aku? Aku mantan kekasihmu.
Baiklah, sudah hampir 2 tahun kita tidak bertegur sapa, mungkin kamu sudah lupa. Biar aku memperkenalkan diri. Namaku Dwi Vella Fauziah, biasa dipanggil Vella, tapi kau –dulu— memanggilku Phella –ini karena name Facebook-ku dulu alay, sial— atau tembem, karena –dulu— pipiku tembem. kamu gemes pengin nyubit tapi sampai kita putus nggak pernah bisa, haha! kau masih ingat insiden di depan gang rumahku? serangan apa yang kau layangkan pada pipi imutku ini, haha. Tapi gagal. :p
Keperawanan pipiku masih tetap terjaga.
Tapi sekarang aku sudah nggak tembem, kok, beneran! Nggak percaya? Yuk ketemuan, jajan Mocca Float di KFC kayak first date kita dulu, gitu? gimana? #SepikanJomblo
Oke.. Bagaimana? Sudah Ingat aku?
Aku sudah mengikhlaskan kamu. Aku sadar diri. Mungkin aku belum cukup baik untuk orang baik seperti kamu. Kamu pantas untuk mendapatkan yang terbaik. Itulah mengapa Tuhan memutuskan hubungan kita lalu mempertemukanmu dengannya –walau terkadang ini tak adil bagiku. 

Now Playing : Vierra - Terlalu Lama

Tapi.. Ya sudahlah. Aku sudah merasa lebih baik. Kau tau sendiri 'lah bagaimana terpuruknya aku setelah kita berpisah. Semua ini berkat seseorang yang sangat menyebalkan yang tiba-tiba muncul di hidupku. Dia sangat menyebalkan. Kau tau? Aku jatuh cinta dengannya! Menyebalkan, bukan? Bisa-bisanya dia merebut perhatianku darimu. Tidak tau diri, haha!
Hei, mantan, aku punya masalah baru sekarang. Aku merindukannya, tapi tidak tau harus bagaimana..

“Tinggal bilang, 'aku merindukanmu', beres, kan?”

“Kau gila?!! Aku ini wanita! Tidak ada sejarahnya wanita bilang kangen duluan! mau ditaruh di mana mukaku nanti?!!”

“Ah, ternyata kau masih belum berubah. Gengsimu nomor satu.”

“Lalu aku harus bagaimana? Bantu aku mencari solusi atau aku akan mendo'akanmu seceptnya putus dengan monyetmu itu!”


“Kau?!! Dia bidadariku, bukan monyet!”

“Terserahlah. Cepat bantu aku mencari solusi!”

“Coba kau meng-SMS-nya. Berbasa-basi sedikitlah. Lupakan sejenak gengsimu itu.”

“Aku tidak punya cukup keberanian untuk melakukan itu”

“Ah, kau pengecut!”

“Sekarang kita sudah jauh.”

“Dia pindah rumah? Pindah sekolah? Atau...”

“Tidak. Jauh dalam artian.. Dia menjauh.. atau mungkin menjaga jarak dariku. Aku tidak tau pasti dengan apa yang telah terjadi antara aku dan dia. Aku benci tidak bisa membaca apa yang dia pikirkan. Aku benci tidak dapat mengartikan sikapnya. Mengira-ngira saja aku tak bisa. Menyebalkan sekali, kan? Kau tau sendiri kalau mantanmu ini sangat peka, sebagai cewek peka, aku merasa gagal. Pfft!
Dia terlalu rumit dan misterius. Berbeda dengan lelaki yang lain. Itulah kenapa aku jatuh cinta dengannya. Aku pikir dia dapat menggantikan posisimu. Dan, ya.. pikiranku benar, tapi aku tidak dapat memilikinya. Berkata rindu saja aku tak mampu, bagaimana mau berkata aku mencintainya?”

“Kau selalu pintar memperumit sesuatu. Sudahlah. Aku mau malam Minggu-an dengan kekasihku. Jomblo malam Minggu-an di rumah, ya? HAHA”

“MANTAN SIALAAAAANN”

Rabu, 01 Mei 2013

Memori Desember Januari

Postingan kali ini tentang seseoramg yang lumayan menyita perhatianku dari akhir Desember sampai akhir Januari kemarin. Lelaki biasa dengan wajah luar biasa. Iya, luar biasa. Namanya Adi. Wajahnya konyol. Datar seperti aspal, haha! Cara bicaranya tidak kalah datar dengan dengan wajahnya. Dia fasih berbahasa Jawa. Aku yang orang Jawa asli, terkadang tidak mengerti yang dibicarakannya.

Waktu itu, aku sedang magang di Kantor Kecamatan Gedangan selama 3 bulan. Dan di satu bulan terakhir, masuklah 3 orang lelaki dari SMK (atau STM, gitu. Aku lupa) Senopati. Yang berjerawat namanya Radian, yang mukanya paling absurd namanya Dian, dan yang –menurutku– paling tampan namanya Adi.

Ketika menulis ini, aku sedang mengingat lelucon yang tidak pernah gagal membuat orang yang mendengarnya tertawa. Padahal cara penyampainnya dengan wajah cara biacaranya yang datar. Haha, lucu, bikin rindu.

Aku masih ingat betul pagi itu. Pagi setelah libur natal. Sinar matahari pukul 07.15 terpantul dari kaca ruanganku ke meja kerjaku –ceritanya, kan, aku magang di situ. Ada 3 orang lelaki berlarian di depan ruanganku. Aku benar-benar masih ingat betul pada saat itu mataku langsung tertuju kepada sosok lelaki yang paling tinggi, paling putih, paling kurus, wajahnya paling bersih (baca: tidak berjerawat), dan –insya Allah– paling tampan, haha!
Dan kemudian aku tau kalau mereka anak baru yang magang di situ. Kesalnya, mereka tiga-tinganya ditempatkan di ruang pelayanan, bukan di ruang SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) –ruanganku. Padahal aku berharap aku berharap satu diantara mereka ditempatkan di ruanganku. Ah, jadi tidak bisa cuci mata.

Singkat cerita aku ditugaskan untuk membantu 5 temanku –termasuk dia– di ruang pelayanan untuk membagikan E-KTP. Aku duduk di kursi dekat perangkat desa yang bertugas pada saat itu. Dan tiba-tiba dia duduk di sebelahku. Tidak ada perasaan yang aneh. Sampai pukul 2 siang semua berjalan lancar dan normal- normal saja. Hanya saja dia sedikit menjengkelkan. Aku berusaha seramah mungkin dengannya. Aku mengajaknya ngobrol, aku berusaha melucu selucu lucunya leluconku agar suasana tidak menjadi kaku. Dan kalian tau apa? Dia tidak tertawa. Jangankan tertewa, merespon omonganku saja tidak. Ppft! Padahal menurutku leluconku lucu. -__-
Kesan pertama aku mengenalnya, aku mengira dia tipe orang yang kaku dan tidak menyenangkan. Tapi setelah beberapa hari aku mengenal dan sering ngobrol dengannya, penilaianku salah besar. Haha. Dia orang yang konyol, lucu, unik. Dia menyenangkan. Dia yang paling asyik diajak ngobrol. Kemudian Radian, lalu Dian. Ah, Dian. Sebenarnya aku jengkel dengan dia. Di awal pertama aku mengenalnya, dia suka melihatiku. Entah ketika sedang menyetempel SKTM di ruangannya atau ketika berpapasan dengannya. Entah dia melihatiku karena suka denganku atau ada yang salah denganku, yang jelas aku tidak menyukainya. Setelah beberapa hari aku mengenalnya, aku baru tahu dia tipe orang yang kepo. Kepo dalam segala hal! Dia suka mengintip kalau aku sedang SMS-an. Cih! Umm.. sebenarnya tidak hanya Dian yang kepo, tetapi 3 lelaki itu. Mereka suka ngepoin status-status Facebook-ku. Dasar stalker berjiwa emak-emak!

Januari akhir. Saatnya kembali ke sekolah. Mulai bergelut dengan tugas lagi. Dan harus –dengan berat hati– meninggalkan Kantor Kecamatan –terlebih meninggalkannya.


Gak tau harus nulis apa lagi. Kalau diterusin pasti bakal mewek. Pokoknya kenangan di sana itu.. TERLALU MANIS UNTUK DILUPAKAAAAANN~~~



penampakan mereka bertiga. yang tengah mirip chipmunk.