Aku mau cerita tentang.. Ngg.. Sebut saja Ed Sheeran (karena aku sama dia sama-sama penggila Ed Sheeran). Mulai dari mana, ya.. Dia itu baik. Baik banget malah. Sifat baiknya dia bener-bener mempengaruhi aku 2 tahun ini. Aku yang gak pernah sholat jadi rajin sholat. Al-qur'an yang biasanya cuma dijadiin pajangan jadi sering aku baca. Sampe akhirnya aku berjilbab, itu pun karena pengaruh dari dia. Dan dia super sabar. Gak ada cowok yang tahan ngadepin aku. Mentok palingan 3 bulan tahannya. Tapi dia tahan ngadepin aku 2 tahun. DUA TAHUN! *tepuk tangan*. Dia juga yang bikin aku bisa move on dari Budi Doremi sama Bruno. :')
Aku percaya "orang baik buat orang baik". Setelah aku ngerasa jadi lebih baik dan ketemu dia, aku jadi mikir "pasti dia!". Tapi yang aku takutin pun akhirnya terjadi. Manusia boleh bikin rencana, tapi Dia-yang-maha-memutar-balikkan-perasaan yang menentukan. Gak tau kenapa aku ngerasa jenuh sama dia. Aku berusaha jaga jarak biar rasa jenuh itu ilang, tapi gak berhasil. Karena setiap aku mundur satu langkah, dia maju dua langkah. Itu bikin makin jenuh. Pernah nekat bilang benci sama dia dan gak punya "rasa" lagi ke dia, dan berhasil. Dia mundur. Tapi cuma bertahan sebentar. Dia mundur dua-tiga langkah, kemudian lari puluhan langkah. Gak sekali-duakali aku minta dia menjauh dari aku, hasilnya sama aja. Kita itu kayak majikan sama anjingnya. Aku majikannya, dan dia anjingku. Gak peduli aku buang dia ke mana, dia bakal nemuin jalan pulang. Bingung harus pake cara apa biar dia bisa lanjutin hidup dia tanpa aku.
Dibalik itu semua, setelah kenal dia aku jadi paham ungkapan "mencintai tak harus memiliki". Orang-orang bilang itu bullshit. Menurutku enggak, mereka gak mahamin maknanya aja. Mencintai tak harus memiliki. Kadang kita harus rela ngelepasin orang yang kita sayang ketika kita sadar ternyata kita gak bisa bikin dia bahagia. Daripada dia buang-buang waktu sama kita, mending dia dibahagiain orang lain, kan? Toh gak bisa dipaksain juga. Itu yang namanya "mencintai tak harus memiliki". Kalo ditanya aku sayang apa enggak sama dia, aku bakal jawab dengan lantang "IYA", tapi yang aku rasain gak sebesar dia. Dan makin lama makin menipis. Aku gak mau egois dengan mempertahankan dia. Dia pantes bahagia. Tapi gak sama aku. Aku gak mampu bikin dia bahagia (lagi).
Pernah aku coba pacaran sama cowok yang gak dia suka. Aku kira dia bakal mundur, dia bakal benci sama aku soalnya aku udah ngelanggar omonganku sendiri (dengan pacaran sama cowok itu), ternyata enggak, malah makin menjadi. Sampe-sampe aku mikir aku orang paling jahat sedunia, bisa-bisanya perlakuin orang sebaik dia kayak gitu.
Setelah aku putus dan akhirnya dia punya pacar, dia tetep gak berubah. dia, sih, bilang "enggak". Tapi aku kenal dia lebih baik dari dia kenal dirinya sendiri. 2 tahun kita bareng-bareng, kita tumbuh bareng, kita belajar bareng, jadi dia gak bisa bohong sama aku.
Plis lanjutin hidup kamu. Jangan buang-buang waktu kamu buat orang kayak aku. Kamu terlalu berharga. Aku lihat kayaknya dia cewek baik, cocok sama kamu. Jadi, kalo kamu pengen aku bahagia, gampang. Cukup bahagiain pacar kamu yang sekarang, jangan bikin dia kecewa, jangan bikin dia nangis, perlakuin dia kayak kamu perlakuin aku dulu, oke? Oke. Lupain angan-angan kita dulu. Lupain tentang Yuditha sama Yudistira. Kita dulu cuma 2 orang remaja pemimpi yang baru nyicipin manisnya hidup. Sekarang kita udah cukup dewasa buat mahamin kalo hidup gak semudah mimpi-mimpi kita.
Segini aja. Salam buat pacar cantikmu. Selamat berbahagia, kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar