Now Playing : Taylor
Swift – Love Story
Aku punya kebiasan baru sebelum tidur;
bermain-main dengan imajinasiku; membayangkan sosok kamu yang satu bulan
belakangan ini memenuhi isi otakku.
Semuanya seakan nyata. Melihat lengkungan
senyummu. Merasakan hangat pelukmu. Mencium wangi tubuhmu. Dinyanyikan sebuah
lagu menggunakan gitar di sebuah pantai berpasir putih di bawah langit senja. Berjalan
berdua beriringan bergandengan tangan menyusuri bibir pantai sambil menanti
sang surya kembali ke peraduannya. Indah. Manis. Romantis.
Di tengah keromantisan yang terjalin sore
itu, kamu tiba-tiba berhenti berjalan lalu menatapku. Mengecup lembut keningku.
Kemudian berbisik di telingaku; “Isabella
Marie Swan, I promise to love you forever –every single day of forever… will
you marry me?”
Tidaaaaaaaakkk. Salah fokus. Oke, fokus..
Kemudian kamu membisikkan kaliamat romantis
yang membuatku ingin terbang ke langit ketujuh. Kalimat yang serupa dengan
kalimat yang diucapkan Edward Cullen di Breaking Dawn Part I.
“it’s an extraordinary thing to
meet someone who you can bare your soul to and accept you for what you are. I’ve
been waiting , for what seems like a very long time, to get beyond what I am. With
a toast to my beautiful bride. No measure of time with you will be long enough.
But let’s start with forever.”
Khayalanku keren, bukan?
Pekerjaanku sebagai pemimpi semakin
tersalurkan semenjak aku mengenalmu. Pekerjaan? Iya, anggap saja pekerjaan. Sebab
aku sangat senang bermimpi atau membayangkan sesuatu. Ketika mandi pun aku
masih sempat-sempatnya berkhayal. Haha.
Romeo save me, I've been feeling so alone. I keep waiting, for you but you never come.Is this in my head, I don't know what to think. He knelt to
the ground and pulled out a ring and said...
Marry me Juliet, you'll never have to be
alone.I love you, and
that's all I really know.I talked to your dad -- go pick out a white dressIt's a love story, baby just say... yes.